Jumat, 23 September 2011

STERILISASI

BAB I
STERILISASI
Pengertian
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.
Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1.           Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2.           Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

A, Pemanasan
a.       Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.      Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c.       Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.      Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
e.       Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3.           Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
ANTISEPTIK  KIMIA
Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isoptropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disenfektannya dan jika tampa yodium isoptropil alkohol tidak efektip terhadap spora,solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol,tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Oleh karena solusi disenfektan atau gas tidak perlu berkontraksi dengan kulit manusia atua membran mukosa maka toksis yang lebih tinggi masih dapat diterima sehingga mereka dapat dipakai sebagai bahan-bahan antimikroba
HALOGEN
Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan yodium, baik yang organik maupun inorganik. Kebanyakan senyawa halogen mebunuh sel hidup. Mereka membunuh sel karena mengoksidasi protein dan dengan demikian merusak membran dan menginaktifkan ensim-ensim.
YODIUM
Solusi yodium baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat antiseptik dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit sebelum proses pembedahan, yodium juga efektip terhadap berbagai protosoa seperti misalnya amuba yang menyebabkan disetri,dan tidak mengganggu kulit namun penggunaan tinturayodii mewarnai jaringan dan menyebabkan iritasi lokal pada kulit, dan kadang-kadang reaksi alergi.
KLORIN
Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejak lama klorin dikenal seagai deodoran dan disenfektan yang sangat baik dan dijadikan standar pengolahan air minum diseluruh lingkungan. Namun senyawa klorin diinaktifkan oleh bahan-bahan organik dan beberapa katalisator logam.dan hipoklorit paling banyak digunakan untuk maksud disenfeksi dan menghilangkan bau karena sifatnya tidak berbahaya bagi jaringan manusia,mudah ditangani,tidak berwarna,tidak mewarnai.digunakan dirumah sakit sebagai disenfeksi alat-alat medis,air yang dikhawatirkan tercemar biasanya dipergunakan lazom atau parasulfone dicloramidobenzuic acid yang konsentrasinya 4-8 mgr/L dapat mendisenfeksi air yang mengandung salmonella typhi dalam waktu 3 menit.

ALKOHOL
Alkohl merupaan zat yang paling efetif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disefeksi. Alkohl mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi, dan juga merupakan pelarat lemak, oleh karenanya membran sel akan rusak dan ensim-ensim akan diinaktifkan oleh alkohol. Ada 3 jenis alkohol dipergunakan yaitu metanol, CH3 OH,atenol, CH3CH2OH, isoprapanol (CH3)2 CHOH. Menurut ketentuan semakin tinggi berat molekulnya semakin meningkat pula daya baktrisidnya.diantara 3 jenis alkohol yang banyak digunakan adalah isopropil. Jika alkohol 70-80% dalam air maka konsetrasinya 90% ataua dibawah 50% bisanya kurang efektif sampai konsentrasi 99% waktu 10 menit sudah cukup membunuh sel vegetatif tetapi spora tidak. Aolkohol sering dipakia diesnfektan kulit baik cmpuran maupun sendiri.
FENOL
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan Lister didalam ruangan bedah sebagai germicide untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah. Fenol mempresipitasikan protein secara aktif dan selain itu juga merusa membran sel dengan menurunkan tegangan fenil dan kresol berbau khas dan bersifat korosit terhadap jaringan namun tahan terhadap pamanasan dan pengeringanserta tidak terpengaruh oleh bahan-bahan organik,tetapi kurang efektik untuk spora. Penambahan haligen seperti klorin akan meningkatan aktifitas fenol. Heksakklorofen merupakan derivat fenol yang paling berguna, dan dikombinasikan dengan sabun akan merupakan disenfetan kulit yang sangat efetif tetapi lambat kerjanya. Fenol dan kresol juga bersifat menghilangkan sakit (pain killing) oleh karena toksik mereka hanya dapat dipergunakan secara ekternal.
PEROKSIDA
                        Perosida hidrogen ( H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan nontoksik. Molekulnya tidak stabil dan apabiladipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen. Rumus 2 H2 O2 à 2 H2O+ O2.dengan dadnya ion-ion logam yang umunya terdapat didalam stoplasma sel, maka selama pembentukan oksigen dibentuk pula radikal superoksida (O2-)bemuatan negatif didalam protein dan mengaktifkan sitem enzim yang vital. Pada konsentrasi 0,3,6,0%, H2O2 dipaki untuk disenfeksi dan pada kosentrasi 6,0,-25,0 % dipakai untuk sterilisasi. Pada konsentrasi 0,1 % didalam susu pada suhu 54 oC selama 3 menit, H2O2 dapat mengurangi jumlah kuman sampai 99,99 % dan terdapat bukti H2O2 10% bersifet virusid dan sporosid, larutan 3% biasanya dipakai untuk mencuci luka karena kuman anaerop terutama sangat peka terhadap oksigen. Pasta Na2O2 dipakai mengobati akne, sedangkan ZnO2 untuk mengobati infeksi kulit karena kuman-kuman anaerob dan mikroaerofilik.

MACAM-MACAM BAHAN DAN CARA STERILISASI
*      Zat warna
*      Deterjen
*      Logam-logam barat
*      Aldehida
*      Radiasi
*      Antibiotika
*      Polimiksin
*      Poliena sulfonamida
*      Sulfon
*      isoniasid



Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik aseptis
Desinfeksi meja kerja


3
4




6

Saran-saran kerja aseptis :

1.      Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2.      Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3.      Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.
4.      Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.
5.      Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya

Uraian lebih lanjut mengenai dasar teknik aspetis dapat dibaca DISINI

Prinsip cara kerja autoklaf

Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.






Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.

Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.

Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :

- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS

Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :

§  Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
§  Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
§  Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
§  Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
§  Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0

Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)

Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.








Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara :

· Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 ml
· Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
· Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
· Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
· Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml

Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus

*    Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld, Chamberland Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung.
*    Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu isi corong dengan larutan yang akan disterilkan.
*    Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan pompa.

Setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas penampung lain yang sudah steril dan tutup dengan kapas atau aluminium foil yang steril.Bacaan lebih lanjut mengenai teknik filtrasi untuk menghitung mikroorganisme dapat dibaca di sini

Tyndalisasi

Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.

Cara kerja :

o   Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau aluminium foil.
o   Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
o   Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba).
o   Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
o   Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.

Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)

Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.

o   Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
o   Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.

Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet

Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.

BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar ke ruangan lain.

Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.











BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas II yang memiliki konfigurasi udara seperti gambar disamping ini. Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja yang dimungkinkan mengandung bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja disedot dari depan meja kerja. Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke meja kerja sebagai udara bersih.
 






Keseimbangan Asam Basa dalam Darah


Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.

Satuan derajat keasaman adalah pH:

·  pH 7,0 adalah netral
·  pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
·  pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
  1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
    Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
  2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
    Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
    Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
  1. Pembuangan karbondioksida.
    Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.

Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.


Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.

Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.


Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.

Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
- Emfisema
- Bronkitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.

Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.

Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
  1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
    Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
    Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
    Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
  2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
    Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
    Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
    Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
  3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
    Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
    Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:

·  Gagal ginjal
·  Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
·  Ketoasidosis diabetikum
·  Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
·  Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
·  Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.

Alkalosis Respiratorik

Defenisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.


Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.


Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.

Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

Alkalosis Metabolik

Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).

SUMBER:

http://choled.wordpress.com/2008/02/17/
http://ayosz.wordpress.com/2008/02/21/kesimbangan-asam-basa/