Jumat, 23 September 2011

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS VIRUS PADA ANAK



ASUHAN KEPERAWATAN

       MENINGITIS VIRUS PADA ANAK











NO

KOMPONEN
URAIAN

1.

D E FI N I SI


Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang akut dengan gejala rangsang meningeal, leukositosis dalam likuor serebrospinal dengan difrensiasi terutama limfosis, perjalanan penyakit tidak lama dan self limited tanpa komplikasi.

2.

ANATOMI  DAN FISIOLOGI PARU – PARU.

Meningen   ( Selaput Otak )
Selaput otak membungkus otak dan sumsum tulang belakang. Melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi ( cairan serebrospinal ), memperkecil benturan atau getaran, terdiri lapisan :
1.      Duramater ( Lapisan Luar )
Selaput keras pembungkus otak merupakan jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak dan duramater propia di bagian dalam.
Dalam kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah. Duramater terdapat rongga yang mengalirkan darah vena dari otak, dinamakan sinus longitudinalis superior terletak diantara kedua hemisfer otak.



2.      Arakhnoid ( Lapisan Tengah )
Selaput halus yang memisahkan duramater dengan piamater  yang membentuk sebuah kantung  atau balon berisi cairan otak meliputi seluruh sumsum saraf sentral.
Meedula spinalis terhenti di bawah lumbal I – II terdapat kantung berisi cairan, berisi saraf perifer yang keluar dari medula spimalis dapat dimanfaatkan untuk mengambil cairan otak yang disebut fungsi lumbal.
3.      Piamater I Lapisan Dalam )
Selaput tipis pada permukaan jaringan otak yang berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur jaringan ikat yang disebut turbekel, Tepi Falks serebri membentuk sinus longitudinalis inferior yang mengeluarkan darah dari falks serebri . Tentorium memisahkan serebri dengan serebelum.
a.       Diafragma Sellae, Lipatan seperti cicin dalam duramater dan menutupi sela turisika sebuah lekukan pada tulang stenoid yang hipofiser.
b.      Sistem Ventrikel,  Beberapa rongga yang saling berhubungan, fleksus koroid yang mengeluarkan cairan ( Lequor serebrospinal ) dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi piamater memblok ke ventrikel dan menyalurkan serebro spinal. Cairan ini hasil sekresi fleksus koroid yang bersifat alkali bening mirip plasma.
c.       Sirkulasi cairan serebro spinal, cairan ini oleh fleksus koroid ke ventrikel otak kemudian cairan masuk kedalam kanalais sumsung tulang belakang dan kedalam ruang ruang subarakhnoid melalui ventrikularis. Setelah mengalir keseluruh otak dan sumsum tulang belakang kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus ( sagitalis Superior
Cairan sebro spinal diabsorpsi olen vili pada arakhnoid, jumlahnya  +  80 – 200 cc mempunyai reaksi alkalis
Komposisi cairan serebro spinal antara lain air,  protein glukosa, garam dan limosit dan CO2
Fungsi cairan serebro spinalis :
1. Melembabkan otak dan medula spinalis
2. Melindungi alat dalam medula spinalis dan otak dari tekanan.
3. Melicinkan alat dalam medula spinalis dan otak.

3.

PATOGENESIS


Umumnya virus secara hematogen ( verimia ) sampai ke selaput otak. Enterovirus berkembang biak dalam trkatus degestivus menjalar ke kelenjar getah bening regional dan kemudian menimbulkan verimia.
Pada percobaan ditemukan bahwa virus herpes menjalar melalui serabut saraf.
Kelainan serebro spinal dan perjalanan penyakit yang “ Self Lemited “Biakan liquor terhadap kemungkinan penyebab mikroorganisme lain harus dikerjakan ( fungus, Liptospira, mikrobakteria ) kemungkinan mikroorganisme penyebabnya dapat disingkirkan .

4.

ETIOLOGI


Sindrome ini sebagian besar oleh virus seperti enterovirus ( poliomilitis, Coxacie A dan B ), Echovirus, “ Mump”, virus limfositik koriomeningitis, virus hepatitis dan adenovirus.

5.

PENATALAKSANAAN


1.      Pemberian antibiotik seperti Ampicillin. Gentamicin, Kanamisin secara intravena dan intramuskuler
2.      Pemberian cairan dan elektrolit.
3.      Berikan bantuan pernafaassan
4.      Tranpusi darah lengkap, leukosit.
5.      Pemberian dopamin, dobutamin atau steroid.
6.      Pemberian antikonvulsan
7.      Tiarh baring.

6.

ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Tujuan
1)      Perawat mampu mewmberikan asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis
2)      Perawat mampu mengatasi serangan kejang tiba-tiba dan pelaksanaan pasca serangan.
3)      Kelurga atau orang tua mengerti tentang penyakit, penyebab dan pengobatan anak
2. Pengkajian
1)      Data subyektif :
Riwayat kelahiran dan riwayat kesehatan anak
-            Penyakit dahulu seperti mastoiditis, sinusitis, trauma kepala atau craniotomi.
-             Perubahan tingkah laku, demam, mual, sakit, kepala, kaku leher, penglihatan ganda, gerakan mata yang terkontrol, sakit punggung, photophobia ( silau ), sakit tenggorokan.
2)      Data Obyektif
Menurunnya tingkat kesadaran, iritabilitas
( anak cengeng ), lemah, bingung, kejang
( vokal dan umum ), tanda kernig dan bruzuinski positif, opistotonus ( mulut mencucu ), fontanel menonjol, nistagmus, ptosis, pendengaran berkurang, takikardi, kaku kuduk, perubahan pola nafas, tekanan darah meningkat, muntah.
3)      Data penunjang:
-          Lumbal pungsi
-          Periksa darah , eletrolit, HB, leukosit, astrup.
-          Elektroencephalografi  ( EEG )















RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS VIRUS


N0.
DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA HASIL
RENCANA TINDAKAN KEPRAWATAN
1.
































2.


















3





















4.



























5.
a. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan menurunnya tingkat kesadaran
b. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan depresi otot pernafasan dan penurunan kesadaran.
Data :
O : - Kesadaran menurun
- Sesak, Tampak menggunakan otot pernafasan tambahan
P :  Astrup : PCO2 : Meningkat, PO2







Kerusakan integritas kulit  berhubungan dengan immobilisasi fisik, (bedrest) dan kelemahan fisik.
Data :
O:
·         Tirah baring (bedrest total)
·         Anak tampak lemah..






Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan  tirah baring dan kelenahan fisik.
Data :
O :
·         Tirah baring
·         Anak tampak lemah.








Kurang pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit, pengobatan dan perawatan di rumah sakit berhubugan dengan kurangnya  informasi.
Data :
S:
·         Orang tua klien mengatakan tidak mengerti tantang penyakit, pengobatan, dan perawatan anaknya







a.       tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan perawatan anak di rumah sakit.
b.      Kecemasan anak dan orang tua berhubungan dengan perawatan anak di rumah sakit.
c.       Takut pada anak berhubungan dengan  tindakan medis dan perawatan yang mungkin dilakukan.
d.      Berduka atau bersedih pad orang tua berhubungan dengan  perasaan kehilangan anak atau jauh dari anak.
Data :
S;
·         Orang tua klien mengatakan  cemas terhadap keadaan anaknya
·         Orang  tua klien mengatakan bingung apa yang akan dilakukan pada anaknya.
·         Klien mengatakan takut jika akan dilakukan pemeriksaan.
O:
·         Ekspresi anak dan orang tua tampak cemas ,takut dan bersedih.
·         Anak suka menangis.
Jalan  nafas dan pola nafas efektif.





























Integritas kulit baik


















ADL anak  terpenuhi..


















Orang tua dan keluarga klien mengerti tentang penyakit, perawatan dan pengobatan anaknya.
Orang tua klien tetap berpartisipasi dalam proses perawatan anaknya








a.       Koping keluarga efektif
b.      Kecemasan anak dan orang tua berkurang.
c.       Ketakutan pada anak berkurang.
d.      Rasa sedih atau berduka pada orang tua berkurang.





.

·         Kesadaran membaik.
·         Sesak tidak ada, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan.
·         Nilai astrup normal.
















·         Kulit pada daerah penekanan tidak tampak kemerahan.
·         Kulit dalam keadaan moist ( kering berminyak)







·         Anak tampak bersih dan segar
·         Personal hygiene tetap terjaga.










·         Orang tau atau keluarg klien dapat mengungkapkan kembali apa yang dijelaskan.














·         Orang tua klien mengatakan tidak terlalu cemas akan keadaan anaknya.
·         Orang tua klien tidak sedih jika berjauhan dengan anaknya karena percaya dengan perawat.
·         Orang tua tidak bingung/panim terhadap keadaan anaknya.
·         Anak akan bersedia jika dilakukan pemeriksaan.
 Ekspresi wajah anak dan orang tua tidak tampak cemas, takut, dan sedih.
·         Anak dan orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan.
·         Anak dan orang tu dapat berhubungan secara positif dengan perawat.

1.      Berika oksigen 1 liter/ menit.
2.      Berikan posisi ekstensi atau semi fowler
3.      Monitor pola, irama nafas dan adanya perubahan nafas.
4.      Observasi adanya sianosis.
5.      Rubah posisi anak setiap  2 jam
 ( miring kanan atau kiri),  anjurkan untuk tidak banyak beraktifitas.
6.      Pertahankan posisi jalan nafas, siapkan suction bila diperlukan
7.      Observasi terhadap peningkatan iritabilitas ( cepat marah/sering menangis atau gelisah)
8.      Ajarkan untuk latihan nafas dalam + 10 kali tiap jam, gunakan permainan untuk merangsang minat anak untuk   berlatih.
  1. Kolaborasi dengan dokter untuk :
·         Pemberian oksigen tambahan
·         Pemeriksaan astrup.

1.      Observasi kelembaban, warna kulit pada daerah penekanan.
2.      Pertahankan kulit tetap kering dan bersih.
3.      Beri pakain yang tipis dan menyerap keringat.
4.      Ajarka dan anjurkan serta bantu anak miring kiri dan kanan tiap 2 jam.
5.      Beri pijatan atau massage terutama pada daerah-daerah penekanan tiap enam jam dengan menggunakan lotion

1.      kaji kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari
2.      Bantu dan ajarkan anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan anak secar bertahap.
3.      Letakkan segala keperluan dan alat-alat yanh dibutuhkan di dekat anak.
4.      Hindari dan jauhkan alat-alat yang dapat membahayakan anak.
5.      Libatkan keluarga dan keluarga untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

1.      Kaji tingkat pengetahuan orang tua dan keluarga tenyang kesehatan atau penyakit anaknya.
2.      Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya  tentng penyakit anaknya.
3.      Beri penjelasan pada orang tua setiap akan melakukan tindakan perawatan.
4.      Peragakan tentang cara merawat anak (terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari) dan anjurkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan anaknya.
5.      Libatkan dokter untuk memberi penjelasan pada orang tua atau keluarga tentang penyakit anaknya, gejala-gejala yang menyertai serta komplikasi yang dapat timbul.
1.      Perkenalkan diri ( perawat) dan jalin rasa percaya pada anak, orientasikan anak terhadap ruangan perawatan serta lakukan sosialisasi dengan teman di sekitar  ruangan.
2.      Jelaskan sebelum melakukan prosedur tindakan yang akan dilakukan  kepada anak dan orang tua, usahakan untuk memperagakan sebelum tindakan dilakukan untuk mengurangi rasa takut dan cemas
3.      Kembangkan tehnik memndengar dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
4.      Ajak anak untuk bercakap-bercakap atau berbicara tentang perasaanya dan yang dipikirkannya ( gunakan gambar, mainan /boneka , bahasa cerita untuk membantu kesulitan anak).
5.      Libatkan anak dan orang tua dalam perawatan dan dalam membuat keputusan sesuai keadaan atau kemampuan.
6.      Informasikan semua kemajuan-kemajuan yang dialami anak kepada orang tua.
7.      Berikan kesempatan pada orang tua untuk  mengungkapkan perasaannya.
8.      Dukung dan ajarkan anak serta orang tua dalam proses adaptasi.
9.      izinkan orang tua untuk menunggui atau menjaga anak di rumah sakit secara bergantian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar