Selasa, 20 September 2011

KONSEP NYERI




Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ).
Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk)
Ganong, (1998), mengemukakan proses penghantaran transmisi nyeri yang disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh 2 (dua) sistem serat (serabut) antara lain:
(1).Serabut A – delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 – 5 (m yang menghantar dengan kecepatan 12 – 30 m/detik yang disebut juga nyeri cepat (test pain) dan dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik, serta memiliki lokalisasi yang dijelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan kulit.
(2).Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 –1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau lebih, bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar.

FISIOLOGI NYERI :
  • Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius àaktivitas elektrik reseptor terkait.
  • Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex.
  • Modulasi yaitu aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto).
  • Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya (Dewanto).
Bila kita coba pelajari skema peristiwa nyeri dalam nociceptor (noxious receptor ~ reseptor nyeri) nampak bahwa Ca2+ dan cyclic AMP besar sekali peranannya dalam menimbulkan rasa nyeri. Peningkatan kadar Ca2+ dan cAMP intrasel menimbulkan hiperalgesia (keadaan dimana ambang nyeri menurun sehingga mudah timbul rasa nyeri, sekalipun rangsang nyeri masih di bawah intensitas rangsang yang biasa). Eccles dan McGeer memberikan penjelasan tentang nociceptor sbb. Ada dua jenis transmisi saraf :
1. Ionotropik dimana mediator bekerja langsung pada pintu ion ke dalam sel. Ciri jenis transmisi itu adalah (i) proses berlangsung cepat dan (ii) masa proses singkat.
2. Metabotropik dimana mediator bekerja lewat perubahan biokimia pada membran post-sinaps. Ciri transmisi cara ini adalah (i) lambat dan (ii) berlangsung lama. Prostaglandin E 2 termasuk dalam golongan metabotropik; Hiperalgesia karena prostaglandin E 2 terjadi lambat tapi berlangsung lama. Morfin dan obat-opiat lainnya juga masuk golongan metabotropik, tetapi obat-obat ini menghambat hiperalgesia — bekerjanya juga lambat dan berlangsung lama. Trauma mekanik (dan juga trauma fisika dan kimia? ) rupa-rupanya langsung merusak integritas membran dan tergolong ionotropik , bersama bradykinin. Rasa nyeri timbul cepat dan berlangsung singkat, kecuali bila kerusakan yang ditimbulkannya hebat tentu rasa nyeri dapat berlangsung lama.
Pengertian
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri.
Nyeri merupakan suatu fenomena yang kompleks.
Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang dapat mengindikasikan bahwa seseorang mengalami masalah.
Nyeri adalah suatu antithesis dari rasa senang atau suatu keadaan yang tidak menyenangkan (Aristoteles).
Nyeri adalah sesuatu yang abstrak yang ditimbulkan oleh adanya perasaan terluka pada diri seseorang misalnya, adanya stimulus yang merusak jaringan tubuh dan nyeri merupakan pola respon yang dilakukan seseorang untuk melindungi organisme dari kerusakan (Richard Sternback).
Nyeri bersifat subjektif. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat dari adanya rangsangan baik fisik maupun psikologis.
Fisiologi perjalanan nyeri :
Reseptor nyeri yang jumlahnya jutaan di tubuh, menerima sensasi yang kemudian dibawa ke spinal cord yaitu pada daerah kelabu dilanjutkan ke traktus spinothalamikus selanjutnya ke korteks serebral. Mekanismenya sebagai berikut ;
  • Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke otak.
  • Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke kornu dorsalis  pada spinal cord.
  • Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat sensori pada otak.
  • Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan lokasi nyeri dirasakan.
  • Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak, turun melalui spinal cord.
  • Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin dikeluarkan untuk menurunkan    nyeri.
Teori  “Gate Control”  nyeri
Teori ini menyatakan bahwa : saraf berdiameter kecil menghantarkan stimulus nyeri ke otak, sedangkan saraf berdiameter besar berusaha menghambat transmisi impuls nyeri dari spinal cord ke otak. Mekanisme ini terjadi pada sel-sel substancia gelatinosa pada kornu dorsalis di spinal cord.
Sumber nyeri
Nyeri berdasarkan asalnya ada 2 yaitu nyeri somatik dan nyeri viseral. Nyeri somatik berasal dari lapisan dinding tubug dan nyeri viseral berasal dari organ-organ internal yang berada dalam rongga thorak, abdomen dan kranium.
Nyeri dapat berasal dari fisik atau psikologik dan dapat terjadi secara “concomitants”. Nyeri memiliki suatu ambang / “treshold” dan ambang ini dicapai secara berbeda. Ambang dicapai oleh karena adanya hambatan transmisi impuls nyeri dari spinal cord ke otak. Mekanisme ini terjadi pada sel-sel substansia gelatinosa pada kornu dorsalis di spinal cord.
Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut :
a.  dua rasa nyeri utama yaitu :
nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik.
Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan banyak nama pengganti seperti : rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri elektrik
nyeri lambat:  timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara perlahan  bertambah selama beberapa detik dan kadang kala bahkan beberapa menit.
Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama tambahan seperti rasa nyeri terbakar lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut, nyeri mual dan nyeri kronik.
b. Waktu nyeri
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba, intensitasnya bervariasi dari sedang sampai dengan berat dan berakhir dalam periode singkat sampai dengan kurang dari 6 bulan.
Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan misalnya nyeri pada penyakit kanker.

Respon Terhadap Nyeri :
  • Respon perilaku
Menghindar dari stimulus
Meringis atau menangis
Diam menahan
Melindungi area yang nyeri
  • Respon Fisiologik
Respon simpatetik (Pada nyeri akut atau superficial) dan merupakan respon homeostatis
  1. Peningkatan tekanan darah
  2. Peningkatan denyut nadi dan pernafasan
  3. Dilatasi pupil
  4. Ketegangan otot dan kaku
  5. Dingin pada perifer
  6. Sering buang air kecil
  7. Kadar gula darah meningkat
Respon Parasimpatetik (pada nyeri berat) dan menunjukkan bahwa tidak mampu lagi melakukan homeostatis.
  1. Mual dan muntah
  2. Penurunan kesadaran
  3. Penurunan tekanan darah
  4. Penurunan nadi
  5. tekanan darah
  6. Penurunan nadi
  7. Pernafasan cepat dan tidak teratur
  8. Lemah
  • Respon Afektif
  1. Diam tidak berdaya
  2. “withdrawl” (menolak)
  3. Depresi
  4. Marah
  5. Takut
  6. Tidak punya harapan
  7. Tidak punya kekuatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri :
  1. Budaya (etnis, keluarga, jenis kelamin, usia)
  2. Agama
  3. Strategi menyelesaikan masalah (“coping strategy”)
  4. Dukungan dari lingkungan
  5. Kecemasan atau stressor lain
  6. Pengalaman sakit yang lalu

Pengukuran skala nyeri
Persepsi nyeri mencakup proses sensasi ketika stimulus nyeri terjadi dan berhubungan dengan interpretasi nyeri oleh seseorang. Ambang nyeri adalah intensitas terendah dari stimulus nyeri yang dapat menyebabkan seseorang mengenal nyeri. Sebenarnya ambang nyeri itu jika tanpa adaptasi, sama pada setiap orang, akan tetapi proses adaptasi setiap orang tidaklah sama sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan ambang nyeri pada setiap orang karena adanya perubahan sesuai dengan adaptasi yang dialami setiap orang. Nyeri pada dasarnya adalah “personal experience” / pengalaman seseorang individu. Jadi dengan demikian persepsi nyeri itu sangat individual dan unik pada setiap orang. Durasi, Berat/Intensitas, Kualitas, Periode dari Nyeri. Nyeri itu suatu perasaan campuran dan terjadi pada berbagai tingkatan.
RESPON TERHADAP NYERI
Peningkatan tekanan darah, Peningkatan denyut nadi, Peningkatan pernapasan, Meningkatkan tegangan otot, Dilatasi pupil, Wajah pucat, diaphoresis, Respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat , berakibat tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan, kelelahan, dan pucat (Black M.J, dkk)

KLASIFIKASI NYERI
  1. Nyeri akut, nyeri yang berlangsung tidak melebihi enam bulan, serangan mendadak dari sebab yang sudah diketahui dan daerah nyeri biasanya sudah diketahui, nyeri akut ditandai dengan ketegangan otot, cemas yang keduanya akan meningkatkan persepsi nyeri.
  2. Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung enam bulan atau lebih, sumber nyeri tidak diketahui dan tidak bisa ditentukan lokasinya. Sifat nyeri hilang dan timbul pada periode tertentu nyeri menetap.
KLASIFIKASI MENURUT SUMBER NYERI
  1. Nyeri kulit, adalah nyeri yang dirasakan dikulit atau jaringan subkutis, misalnya nyeri ketika tertusuk jarum atau lutut lecet, lokalisasi nyeri jelas disuatu dermatum.
  2. Nyeri somatik adalah nyeri dalam yang berasal dari tulang dan sendi, tendon, otot rangka, pembuluh darah dan tekanan syaraf dalam, sifat nyeri lambat.
  3. Nyeri Viseral, adalah nyeri dirongga abdomen atau torak terlokalisasi jelas disuatu titik tapi bisa dirujuk kebagian-bagian tubuh lain dan biasanya parah.
  4. Nyeri Psikogenik, adalah nyeri yang timbul dari pikiran pasien tanpa diketahui adanya temuan pada fisik (Long, 1989 ; 229).
  5. Nyeri Phantom limb pain, adalah nyeri yang dirasakan oleh individu pada salah satu ekstremitas yang telah diamputasi (Long, 1996 ; 229).
FAKTOR YG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
  • Pengalaman masa lalu Lebih berpengalarnan individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri; akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mencrima peredaan nyeri yang tidak adekuat di masa lalu. Individu dengan pengalaman nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan peningkatan nyeri dan pengobatannva tidak adekuat (Smeltzer & Bare).
  • Kecemasan Toleransi nyeri, titik di mana nyeri tidak dapat ditoleransi lagi, beragam diantara individu. Toleransi nyeri menurun akibat keletihan, kecemasan, ketakutan akan kematian, marah, ketidakberdayaan, isolasi sosial, perubahan dalarn identitas peran, kehilangan kemandirian dan pengalarnan masa lalu (Smeltzer & Bare).Kecemasan hampir selalu ada ketika nyeri diantisipasi atau dialami secara langsung. Ia cenderung meningkatkan intensitas nyeri yang dialami. Ancaman dari sesuatu yang tidak diketahui lebih mengganggu dan menghasilkan kecemasan daripada ancaman dari sesuatu yang telah dipersiapkan. Studi telah mengindikasikan bahwa pasien yang diberi pendidikan pra operasi tentang hasil yang akan dirasakan pasca operasi tidak mencrima banyak obat-obatan untuk nyeri dibandingkan orang yang mengalami prosedur operasi yang sama tetapi tidak diberi pendidikan pra operasi. Nyeri menjadi lebih buruk ketika kecemasan, ketegangan dan kelemahan muncul (Taylor & Le Mone).Umumnya diyakini bahwa kecemasan akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Namun, kecemasan yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri (Smeltzer & Bare).Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Secara klinik, kecemasan pasien menyebabkan menurunnya kadar serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan sensasi nyeri (Le Mone & Burke).. Jadi, sistem analgetika ini dapat memblok sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla spinalis (Guyton).dSerotonin merupakan salah satu neurotransmitter yang diproduksi oleh nucleus rafe magnus dan lokus seruleus. Ia berperan dalam sistem analgetik otak. Serotonin menyebabkan neuron-neuron lokal medulla spinalis mensekresi enkefalin. Enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik dan postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan ASelain itu keberadaan endorfin dan enkefalin juga membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda dari stimuli yang sama. Kadar endorfin beragam di antara individu, seperti halnya faktor-faktor seperti kecemasan yang mempengaruhi kadar endorfin. Individu dengan endorfin yang banyak akan lebih sedikit merasakan nyeri. Sama halnya aktivitas fisik yang berat diduga dapat meningkatkan pembentukan endorfin dalarn sistem kontrol desendens (Smeltzer & Bµ,re,).
  • Umur dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau ada sejak dilahirkan (Poerwadarminta). Menurut Ramadhan (2001), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.Umumnya lansia menganggap nyeri sebagai komponen alamiah dari proses penuaan dan dapat diabaikan atau tidak ditangani oleh petugas kesehatan. Di lain pihak, normalnya kondisi nycri hebat pada dewasa muda dapat dirasakan sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua mengalami perubahan neurofisiologi dan mungkin mengalami penurunan persepsi sensori stimulus serta peningkatan ambang nyeri. Selain itu, proses penyakit kronis yang lebih umum terjadi pada dewasa tua seperti penyakit gangguan, kardiovaskuler atau diabetes mellitus dapat mengganggu transmisi impuls saraf normal (Le Mone & Burke).Menurut Giuffre, dkk. (1991), cara lansia bereaksi terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara bereaksi orang yang lebih muda. Karena individu lansia mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio lemak tubuh terhadap massa otot lebih besar dibanding individu berusia lebih muda, oleh karenanya analgesik dosis kecil mungkin cukup untuk menghilangkan nyeri pada lansia. Persepsi nyeri pada lansia mungkin berkurang sebagai akibat dari perubahan patologis berkaitan dengan beberapa penyakita (misalnya diabetes), akan tetapi pada individu lansia yang sehat persepsi nyeri mungkin tidak berubah (Smeltzer & Bare).Diperkirakan lebih dari 85% dewasa tua mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan kronis yang dapat menyebabkan nyeri. Lansia cenderung mengabaikan lama sebelum melaporkannya atau mencari perawatan kesehatan karena sebagian dari mereka menganggap nyeri menjadi bagian dari penuaan normal. Sebagian lansia lainnya tidak mencari perawatan kesehatan karena mereka takut nyeri tersebut menandakan penyakit yang serius. Penilaian tentang nyeri dan ketepatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda ketimbang didasarkan pada usia (Smeltzer & Bare).
  • Jenis kelamin Menurut Oakley (1972) jenis kelarnin (sex) merupakan perbedaan yang telah dikodratkan Tuhan, olch sebab itu, bersifat permanen. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak sekadar bersifat biologis, akan tetapi juga dalam aspek sosial kultural. Perbedaan secara sosial kultural antara laki-laki dan perempuan merupakan dampak dari sebuah proses yang membentuk berbagai karakter sifat gender. Perbedaan gender antara manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Terbentuknya perbedaan-perbedaan gender disebabkan oleh berbagai faktor terutarna pembentukan, sosialisasi, kemudian diperkuat dan dikonstruksi baik secara sosial kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara (Ahyar & Anshari).Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri. Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubungannya dengan jenis kelatnin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang hanya dijumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan dalam perbedaan jenis kelarnin (Noor).
  • Sosial budaya Karena norma budaya mempengaruhi sebagian besar sikap, perilaku, dan nilai keseharian kita, wajar jika dikatakan budaya mempengaruhi reaksi individu terhadap nyeri. Bentuk ekspresi nyeri yang dihindari oleh satu budaya mungkin ditunjukkan oleh budaya yang lain (Taylor & Le Mane).Menurut Zatzick dan Dimsdale (1990), budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada cara seseorang bereaksi terhadap nyeri (bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berperilaku dalam berespons terhadap nyeri). Namun, budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri (Smeltzer & Bare).Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu kita untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam rnengkaji nyeri dan reaksi perilaku terhadap nyeri juga efektif dalarn menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer & Bare).
  • Nilai agama Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan penderitaan sebagai cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman ini membantu individu menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai sumber kekuatan. Pasien dengan kepercayaan ini mungkin menolak analgetik dan metode penyembuhan lainnya; karena akan mengurangi persembahan mereka (Taylor & Le Mane).
  • Lingkungan dan dukungan orang terdekat Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat mempengaruhi nyeri seseorang. Banyak orang yang merasa lingkungan pelayanan kesehatan yang asing, khususnya cahaya, kebisingan, aktivitas yang sama di ruang perawatan intensif, dapat menambah nyeri yang dirasakan.Pada beberapa pasien, kehadiran keluarga yang dicintai atau teman bisa mengurangi rasa nyeri mereka, namun ada juga yang lebih suka menyendiri ketika merasakan nyeri. Beberapa pasien menggunakan nyerinya untuk rnemperoleh perhatian khusus dan pelayanan dari keluarganya (Taylor & Le Mone).
  • A. Definisi
    Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya(2) . Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
    Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1 (2,4).
    B. Etiologi
    Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (2,4) .
    C. Patofisiologi
    Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain(1,3).
    Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat(1,3).
    Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri(1,3).
    Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung(2,4).
    Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus.
    Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut (2,4).
    D. Manifestasi Klinis
    Pasien biasanya engeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
    Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.
    Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja (2,4).
    E.Evaluasi Diagnostik
    Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri punggung bawah. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis. Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang (2).
  • F.Penatalaksanaan
    Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
    Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
    Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia
  • Nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme pertahanan organisasi tubuh terhadap suatu lesi (kerusakan jaringan).
  • Nyeri merupakan reflek perlindungan (proteksi) yang disebabkan oleh adanya gejala/potensi kerusakan jaringan tubuh akibat suatu rangsangan. Reflek perlindungan itu muncul agar jaringan tidak bertambah rusak atau terhindar dari kerusakan,
  • Jadi rasa nyeri dapat timbul jika ada rangsangan, dan ada yang menerima rangsangan. Kemudian reaksi yang muncul dari tubuh adalah rasa nyeri yang diungkapkan dengan bermacam istilah: ngilu, pedih, pegal, linu, tertusuk-tusuk, cekot-cekot dan sebagainya. Pokoknya, semua ungkapan yang tidak enak bagi tubuh adalah nyeri.
  • Mengapa nyeri disebut sebagai reflek perlindungan? Coba kita bayangkan seandainya tubuh tidak memiliki rasa nyeri. Barangkali mudah sekali terjadi kerusakan pada jaringan tubuh.
  • Misalnya, jika kaki terkena paku, pergelangan kaki keseleo, jari terkena api rokok, lidah minum air panas, atau pantat terjepit kursi, kita tentu tidak merasakan apa-apa dan tidak ada reaksi tubuh.
  • Untunglah kita diberi rasa nyeri, sehingga ketika kita mengalami kejadian seperti di atas kita akan merasa nyeri, kemudian bereaksi untuk menghindar, sehingga jaringan tidak bertambah rusak.
  • Jika rasa nyeri terasa pada salah satu jaringan otot urat, itu berarti pertanda ada kerusakan atau kelainan pada jaringan tersebut. Misalnya nyeri/ngilu pada otot belakang bagian tengah kaki kanan, yaitu musculus biset pemoris (otot paha besar). Untuk perawatan/pemulihannya, perlu pijat massage guna memotong saluran penyebab nyeri.
  • Pertama, lakukan pijat massage pada pinggul kanan. Langkah ini bertujuan memberi rangsangan menyeluruh pada saraf, urat dan otot pinggul, serta melancarkan peredaran darah agar seluruh jaringan menjadi lentur.
  • Kedua, lakukan pijat massage pada bagian paha belakang. Langkah ini bertujuan menghentikan atau menghilangkan rasa nyeri.
  • Itulah kegunaan rasa nyeri. Jelasnya rasa yang tidak mengenakkan itu merupakan isyarat bahwa jaringan tubuh minta diperhatikan atau minta penanganan khusus.
  • Pada prinsipnya, rasa nyeri bisa diobati dengan tiga cara. Pertama menghilangkan penyebabnya. Kedua, meningkatkan daya tahan tubuh, dan ketiga memotong transmisi nyeri.
  • Menghilangkan Penyebab Nyeri
  • Nyeri akibat infeksi atau bakteri dapat dihilangkan dengan mengobati atau melenyapkan faktor penyebabnya, yakni dengan pemberian obat guna membunuh kuman/bakteri.
  • Meningkatkan Daya Tahan Tubuh. Nyeri juga dapat ditekan dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ini dapat dilakukan dengan pemberian terapi. Misalnya, memberikan vitamin, terapi media, terapi massage (pijat) dan lain-lain.
  • Memotong Jalur Transmisi Nyeri
  • Pada dasarnya segala bentuk pengobatan terhadap nyeri adalah dengan melakukan blokade syaraf sensorik. Ini dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang sifatnya menekan fungsi nociceptor (saraf nyeri).
  • Sedangkan untuk menekan peningkatan aliran pembuluh darah pada saraf fasomotor (saraf penggerak), dapat dilakukan dengan pelepasan adrenalin neurogenik (kepala kelenjar yang memberi perintah) yang mengakibatkan getaran (fasokontraksi) dan dapat dibantu dengan depresi emosi (penurunan kadar emosi).
  • Menurunkan Rasa Nyeri dengan Massage
  • Contohnya, nyeri akibat sakit gigi (odontalgin) yakni nyeri gigi atau geraham. Lakukan pemijatan pada urat otot bahu dan leher. Lenturkan dan hancurkan kristal-kristal pada jaringan tubuh agar larut dalam peredaran darah.
  • Rahang atas dan bawah rawat dengan pijat. Rangsang urat dan saraf rahang atas serta bawah sampai lentur dan rileks sehingga saraf dapat berfungsi baik.
  • Ada tiga kelenjar yang diterapi yakni kelenjar pituilarian (memproduksi lendir dan air ludah), kelenjar tyroid (kelenjar gondok) dan kelenjar adrenalin (generator syaraf sensorik). Karena itu, rawatlah tubuh agar tidak terjadi infeksi dan tahan terhadap gangguan penyakit.*
  1. BEBERAPA TEORI TENTANG NYERI
    nyeri (pintu terbuka), nyeri lebih nyata.
    a. Transmisi impuls nyeri dapat dikendalikan dengan pintu gerbang (Gate mechanism) dimana saat terbuka impuls dapat ditransmisi. 1. Spesifik Nyeri (200 years ego)
    Memandang nyeri dihantarkan dari reseptor khusus nociseptor, yang mengirim informasi nyeri ke pusat/area di otak bagian depan dimana nyeri dirasakan.
    Terdapat 2 asumsi, yang pertama terdapat hubungan antar intensitas nyeri dan stimulus, asumsi kedua hanya pada satu struktur di otak tentang respon nyeri.
    2. Pattern Nyeri
    - Peripheral Pattern Theory
    Bahwa serabut nervus perifer mempunyai esensi yang sama dengan pola serabut stimulasi system nyeri sentral nervus
    - The Center Summation Theory
    Teori ini berfokus pada dorsal horn spinal cord yaitu : dari stimulus nervus pariphere kemudian menstimulasi ke dorsal horn dan menginterpretasikanya
    - Sensory Interaction Theory
    Terdapat 2 tipe serabut neuron nyeri yaitu small diameter sebagai penghasil nyeri dan large diameter sebagai penghambat nyeri.
    3. Gate Control Theori (Melzak and Wall)
    Teori ini menjelaskan tentang tranmisi nyeri, yaitu pada saat aktifitas serat berdiameter besar/tebal maka transmisi nyeri dihambat (pintu tertutup) nyeri tidak nyata, sedang serat yang berdiameter kecil mempermudah transmisi
    b. Tetapi bila sebagian/seluruhnya tertutup, transmisi dihambat sebagian/selurunya.

    FISIOLOGI NYERI
    Tubuh tidak mempunyai organ/sel rasa sakit yang khusus, suatu jalinan yang rumit dari ujung syaraf bebas yang banyak tersebar dalam lapisan kulit dan dalam jaringan. Ujung syaraf tersebut menerima rangsangan yang menimbulkan rasa sakit

    PENYEBAB RASA NYERI
    1. Trauma
    a. Trauma Mekanik
    Rasa nyeri timbul karena ujung saraf mengalami kerusakan
    Mis : benturan, gesekan, luka dll.
    Diterima oleh reseptor nyeri mekano sensitive
    b. Trauma Thermis
    Nyeri timbul karena ujung syaraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, rusak dll
    Mis : karena panas api, air dll
    Diterima oleh reseptor nyeri thermosensitif
    c. Trauma Chemis
    Diterima oleh reseptor nyeri chemosensitif
    Mis : tersentuh asam atau basa kuat
    d. ?Trauma Elektrik
    Mis : karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri akibat kekejangan otot dan kerusakan akibat terbakar oleh listrik tersebut
    2. Neoplasma
    a. Neoplasma Jinak
    Nyeri Karena tekanan pada ujung syaraf reseptor nyeri
    b. Neoplasma Ganas
    Nyeri akibat terjadinya kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau karena metastase.
    3. Peradangan
    Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung syaraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh adanya pembengkakan Mis : abses, pleuritis dll
    4. Gangguan Sirkulasi Darah dan Kelainan Pembuluh Darah (Pada kasus PJK dan Burger Desease)
    5. Trauma Psikologis

    KLASIFIKASI NYERI
    1. Menurut Tempatnya
    - Peripheral Pain, terdapat 3 golongan :
    a. Superfisial Pain (nyeri ppermukaan), area kulit, mukosa dll.
    b. Deep Pain (nyeri dalam )/Viseral Pain
    c. Perfered Pain (nyeri alihan), nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh (vertebrate, viscera, otot) yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah jauh/berbeda yang bukan asal nyeri.
    - Central Pain, nyeri ini terjadi karena perangsangan pada SSp : spinal cord, batang otak, talamus, dll.
    - Psychogenic Pain (Nyeri Psikogenik), nyeri yang dirasakan tanpa penyebab organic, tetapi akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.
    2. Menurut Sifatnya
    a. Insidentil, nyeri timbul sewaktu-waktu lalu menghilang
    b. Steady, nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama, misalnya : abses, ulcus ventriculi
    c. Paroxymal, nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap ± 10 – 15 menit, lalu menghilang dan bisa timbul lagi
    3. Menurut Berat Ringanya
    a. Nyeri Ringan, nyeri dalam intensitas rendah
    b. Nyeri Sedang, nyeri yang menimbulkan reaksi
    c. Nyeri Berat, nyeri dalam intensitas tinggi
    4. Menurut seranganya
    a. Nyeri akut
    1) Terlokalisir
    2) Tajam seperti ditusuk, disayat, dicubit
    3) Respon saraf simpatis
    4) Gelisah, cemas
    5) Pola serangan jelas
    b. Nyeri kronik
    1) Sensasi menyebar
    2) Tumpul, ngilu, linu, kemeng
    3) Respon saraf para simaptisk diri
    4) Pola serangan tidak jelas
    5. Intractable Pain
    Resisiten untuk diobati atau dikurangi. Ex: Nyeri pada artritis
    6. Phantom Pain
    a. Nyeri actual dirasakan pada bagian tubuh yang sudah tidak ada . Misalnya : amputasi kaki
    b. Hasil stimulasi kuat pada dendrite
    7. Radiating Pain
    Nyeri yang dirasakan pada sumbernya dan meluas ke jaringan sekitarnya.
    Ex: Cardiac pain (bisa dirasakan menyebar ke bahu kiri dan turun ke tangan kiri.

    SUBSTANSI LAIN STIMULASI NYERI ADALAH :
    a. Bradykinin, sebagai vasodilator terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan kontriksi otot polos (smoot muscle)
    b. Prostaglandin, merupakan substansi hormone yang menambah stimulasi nyeri pada CNS dengan cara meningkatkan efek bradikynin
    c. Substansi P, menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan respon inflamai
    d. Serotonin, (hormone) bekerja menstimulasi konstriksi smooth muscle
    PERJALANAN NYERI
    Selanjutnya stimulasi menuju otak, terjadi 4 hal :
    1. Transduction, system syaraf merubah stimulus nyeri menjadi impuls di ujung syaraf
    2. Transmission, impuls bergerak menuju otak
    3. Perception, otak merecognisi, mendefinisikan dan mempersepsikan
    4. Modulation, aktivitas tubuh memerlukan respon inhibisi untuk mengurangi nyeri

    Stimulus nyeri ditransmisikan dari perifer oleh serabut syaraf A delta fibers dan C fibers
    Karakteristik A delta fibers :
    a. Terbanyak dikulit dan otot
    b. Diameter 2 – 5 mm
    c. Serabut bermielin
    d. Fast conducting (penghantar cepat) 12 – 30 m/s
    e. Sensasi nyeri tajam, cakaran, tusukan
    f. Penghantar nyeri akut
    g. Nyeri intermiten dan local
    h. Terutama rangsang kimia dan termal
    Karakteristik C fibers :
    a. Terdistribusi di otot, periusteum dan visera
    b. Diameter 0.4 – 1.2 mm
    c. Daya hantar 0.5 – 2 m/s (slow conducting)
    d. Tidak bermielin
    e. Sensari nyeri menyebar, tumpul dan terbakar
    f. Penghantar nyeri kronik
    g. Menstransmisikan rangsang panas, kimia, mekanik kuat

    Proses pusat nyeri di otak ada 3 tingkatan yaitu :
    1. Thalamus, sebagai pusat relay untuk sensori input dari traktus spinotalamikus dari spinal cord
    2. Midbrain, signal bekerja meningkatkan kesadaran dari stimulus
    3. Kortex, berfungsi membedakan status dan lokasi nyeri seperti interpretasi pengalaman nyeri.

    RESPON NYERI
    Respon fisiologis terhadap nyeri terdiri atas 3 stage :
    a. Activation Stage, terjadi saat mulai muncul persepsi nyeri sampai terjadi reaksi fight or flight, terjadi efek tubuh (aktivasi SSo simpatis) sebagai berikut : muka pucat, pupil dilatasi, RR meningkat, HR meningkat, kontraksi jantung meningkat, ketegangan otot meningkat, simpanan energi menurun. Penurunan parasimpatis sebagai berikut : anorexia, nausea, muntah, aktifitas GIT menurun.
    b. Rebound Stage, nyeri dirasakan hebat tapi singkat, terjadi respon parasimpatissebagai berikut : HR menurun, TD menurun, anorexia, nausea, muntah, aktifitas GIT menurun.
    c. Adaptation, terjadi penurunan respon simpatis, tergantung factor endorphin yang mengatur persepsi nyeri
    Respon fisik misalnya :
    a. Menggigit bibir
    b. Menggertakkan bibir
    c. Mengerutkan wajah
    d. Melakukan gerakan involunter
    e. Berkeringat
    Respon Psikologis
    a. Fear
    b. Anxiety
    c. Depression
    Respon terhadap nyeri dipengaruhi oleh :
    a. Ambang nyeri
    b. Toleransi nyeri yang dipengaruhi oleh :
    1) Psikologis
    2) Etnik/culture/value
    3) Environment
    4) Experience
    5) Emosi
    6) Umur


    ISTILAH-ISTILAH
    1) Ambang Nyeri, adaalah stimulus maksimal yang menyebabkan rasa nyeri
    2) Persepsi Nyeri, merupakan stimulus maksimal yang menyebabkan seseorang melaporkan adanya nyeri
    3) Toleransi Nyeri, adalah tingkat stimulus terendah yang menyebabkan seseorang menarik diri dari atau menghindar dari stimulus
    4) Hiperalgesia, adalah yang berlebihan terhadap rangsang nyeri. Hiperelgesia biasanya mengiringi proses peradangan, abrasi, insisi, luka bakar.
    5) Allodynia, adalah suatu kondisi dimana rangsang yang tidak berbahaya, misalnya tekanan, sentuhan ringan dirasakan nyeri hebat.




TATALAKSANA NYERI
     
Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Kerusakan jaringan yang nyata misalnya terjadi pada nyeri akibat luka operasi. Berpotensi rusak misalnya pada nyeri dada karena penyakit jantung (Angina Pectoris) dimana timbul nyeri sebagai pertanda akan terjadi kerusakan atau berpotensi rusak pada otot- otot jantung bila tidak ditangani secara benar. Menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan misalnya nyeri yang timbul setelah sembuh dari penyakit herpes (Neuralgia Pasca Herpetica), dimana terjadi nyeri meskipun tidak ada kerusakan jaringan.aat, terima kasih.(*)
     

Rasa nyeri adalah anugerah dari Tuhan dan merupakan masalah unik, karena sebagai suatu tanda mekanisme perlindungan diri, contoh sederhana bila tangan menyentuh bara api maka pada orang normal akan merasakan panasnya bara api kemudian secara spontan akan menjauhkan tangan dari sumber panas tersebut. Bisa dibayangkan seandainya kita tidak bisa merasakan panas atau nyeri maka akan terbakarlah tangan oleh bara api tersebut.
     
Bila nyeri tidak ditangani secara benar maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut, contohnya nyeri setelah operasi, nyeri setelah sembuh dari penyakit herpes, bila tidak ditangani secara benar maka akan menjadi nyeri kronis yang merupakan permasalahan besar dan sulit ditangani karena terjadi perubahan ekspresi dari saraf- saraf. Nyeri seperti inilah yang diklasifikasikan sebagai nyeri kronis yang ditandai dengan adanya persepsi nyeri tanpa kerusakan jaringan.
  
Berdasarkan mekanismenya, nyeri dibagi menjadi nyeri akut, nyeri kronik dan nyeri kanker. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya berlangsung beberapa hari sampai proses penyembuhan. Tanda- tanda utama inflamasi adalah: rubor (kemerahan jaringan), kalor (kehangatan jaringan), tumor (pembengkakan jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan fungsi jaringan).
     
Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu berlangsungnya lama atau merupakan ikutan dari proses akut, dimana nyeri masih berlangsung meskipun kerusakan jaringan sudah sembuh. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri akut dan nyeri kronis dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri berlangsung terus- menerus sesuai dengan perkembangan kankernya, bilamana kanker tidak ditangani.
     
Berdasarkan kualitasnya nyeri dibagi menjadi: nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. Pada nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
     
Kwalitas nyeri dipengaruhi juga oleh faktor psikis. Contoh kasus misalnya bila seorang tukang ketik dan seorang petani sama- sama mengalami luka pada jari tangan, maka si tukang ketik akan merasakan lebih nyeri pada jari tangan karena berhubungan dengan psikis mengingat jarinya identik dengan alat untuk mencari nafkah, sedangkan seorang petani misalnya cenderung akan merasakan kurang nyeri karena menganggap luka di jari tangan sebagai hal yang biasa dan mengabaikan saja.
  
Mekanisme nyeri, nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsang nyeri diubah menjadi depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi, saraf sensoris perifir yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis disebut sebagai neuron aferen primer, jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima kedua, neuron yang menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut neuron penerima ketiga. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer, medula spinalis atau supraspinal. Modulasi ini dapat menghambat atau memberi fasilitasi. Persepsi, nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun mekanismenya belum jelas.
  
Zat- zat penghasil nyeri, pembedahan akan menyebabkan kerusakan sel dengan konsekuensi akan mengeluarkan zat- zat kimia bersifat algesik yang berkumpul di  sekitarnya dan dapat menimbulkan nyeri.
Zat mediator inflamasi tersebut diantaranya: bradikinin, histamin, katekolamin, sitokinin, serotonin, lekotrien, prostaglandin dan substansi-P. Nyeri dapat berlangsung berjam- jam sampai berhari- hari.
  
Respons sistemik terhadap nyeri, nyeri akut berhubungan dengan respons neuroendokrin sesuai derajat nyerinya. Nyeri akan menyebabkan peningkatan hormon katabolik dan penurunan hormon anabolik. Manifestasi nyeri dapat berupa hipertensi, takikardi, hiperventilasi (kebutuhan Oksigen dan produksi karbon dioksida meningkat), tonus sfingter saluran cerna dan saluran air kemih meningkat (ileus, retensi urin).
  
Skala nyeri, pengetahuan tentang nyeri penting untuk menyusun program pengobatan nyeri setelah pembedahan. Derajat nyeri dapat diukur dengan macam- macam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal dasar, skala analog visual. Secara sederhana nyeri setelah pembedahan pada pasien sadar dapat langsung ditanyakan pada yang bersangkutan dan biasanya dikatagorikan sebagai: tidak nyeri (none), nyeri ringan (mild, slight), nyeri sedang (moderate), nyeri berat (severe) dan sangat nyeri (very severe, intolerable).
  
Metoda pengobatan nyeri, sesuai dengan step ledder dari WHO maka untuk mengatasi nyeri ringan digunakan obat anti inflamasi non steroid, untuk mengatasi nyeri sedang digunakan obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid lemah dan untuk mengatasi nyeri berat digunakan obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid kuat. Selain pengobatan diatas kadang dibutuhkan juga pengobatan tambahan diantaranya obat sedatif bila nyeri disertai stress, pengobatan akupunktur untuk mengatasi nyeri kronik, sampai blok anestesi. Untuk masyarakat umun  bila mengalami nyeri disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan sesuai dengan masalah nyeri yang dialami.
     
Metoda pengobatan nyeri dapat dengan cara sistemik (oral, rectal, transdermal, sublingual, subkutan, intramuscular, intravena atau perinfus). Cara yang sering digunakan dan paling digemari ialah intramuscular opioid. Metoda regional misalnya dengan epidural opioid atau intraspinal opioid. Kadang- kadang digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi sebelum pembedahan selesai misalnya pada sirkumsisi atau pada luka operasi usus buntu (apendektomi)
  
Begitu pentingnya pengetahuan nyeri, maka saat ini nyeri merupakan tanda vital kelima, setelah tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh. Demikianlah tulisan ini yang berusaha menyampaikan tambahan pengetahuan dalam pemahaman terhadap nyeri yang sering dialami dalam kehidupan sehari- hari, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar