Jumat, 23 September 2011

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR


Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A, factor internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan factor psikologiss.
1.      Factor fisiologis

Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :

a.      menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena  kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
b.      rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
c.      istirahat yang cukup dan sehat.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.

2. Factor psikologis

Factor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

        kecerdasan /intelegensia siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto  2002).

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140 – 169
Amat superior
120 – 139
Superior
110 – 119
Rata-rata tinggi
90 – 109
Rata-rata
80 – 89
Rata-rata rendah
70 – 79
Batas lemah mental
20 — 69
Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:

A.      Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;
B.     Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;
C.     Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;
D.     Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;
E.     Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
F.      Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;
G.     Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

-          Motivasi

Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:

a.      Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c.      Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. 

-          Minat

Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
  
-          Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.

-          Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.




b. Factor-faktor eksogen/eksternal

Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.

1)                  Lingkungan social

a.      Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.     Lingkungan social massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.      Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
 
2)                  Lingkungan non social.     

 Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a.      Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b.      Factor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
c.      Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.



CARA – CARA PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Kita setuju bahwa pembelajaran perlu terjadi seumur hidup dan dalam semua segi kehidupan. Masalahnya kemampuan seseorang untuk menyerap dan memiliki pengetahuan yang baru sebenarnya terbatas. Apalagi dalam jaman information overload seperti sekarang, di mana jumlah pengetahuan yang dapat dipelajari sudah melebihi kapasitas manusia untuk menyerapnya.Artinya dengan keterbatasan waktu, tenaga, ingatan dan kemampuan lainnya, kita perlu memberi prioritas pada strategi pembelajaran yang dapat memberi kita hasil yang maksimal dalam waktu yang terbatas.
  1. Pelajari dasar-dasar peningkatan kemampuan ingatan - ada teknik-teknik tertentu yang dapat membantu kita untuk meningkatkan kemampuan mengingat, yang tentu saja akan bergantung pada daya ingat dan cara belajar seseorang. Beberapa hal yang bisa kita pelajari misalnya tehnik mind map, mnemonik dll.
  2. Pelajari dan terapkan hal-hal yang baru. Satu cara untuk menjadi pembelajar efektif adalah dengan terus belajar. Dengan mengulangi pembelajaran hal-hal baru dan memprakekkannya, kita sedang membangun jalur jaringan di otak yang akan memperkuat koneksi kita dengan informasi yang baru tersebut
  3. Belajar dengan cara yang berbeda. Jelas setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda. Namun jika kita mau mempelajari cara belajar yang lain (visual, audio, kinestetik) ataupun metode pembelajaran yang lain, otak akan dapat menaruh informasi tersebut di beberapa tempat yang berbeda, yang akan memudahkan pemanggilan informasi tersebut.
  4. Ajarkan apa yang sudah kita pelajari pada orang lain - salah satu cara terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah dengan mengajarkannya pada orang lain. Tentunya setelah melewati proses internalisasi dan translasi, di mana kita akan mengajarkan dengan cara dan metode yang cocok dengan cara kita sendiri dan bukan sekedar menjiplak. Menulis blog adalah salah satu cara untuk mengajarkan sesuatu dengan cara yang berbeda kepada orang lain.
  5. Gunakan pembelajaran terdahulu untuk mempelajari hal yang baru. Ini disebut pembelajaran relasional, di mana kita akan melibatkan informasi yang baru pada hal-hal yang sudah kita ketahui.
  6. Praktekkan – cari pengalaman. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran adalah dengan mempraktekkannya – dan bukan sekedar mempelajari atau menulis sesuatu tentang informasi tersebut.Praktekkan pengetahuan baru secara rutin!
  7. Carilah jawaban dan bukan sekedar mengingat - sebisa mungkin jika kita sedang berusaha mengingat suatu informasi, lebih baik kita melakukan riset untuk mendapatkan jawabannnya. Jika kita terbiasa mengingat suatu informasi, ada kecenderungan kita akan melupakan informasi tersebut di masa depan. Hal ini terjadi karena dengan mengulangi percobaan mengingat, kita sedang merekam aktivitas secara negatif dan bukannya positif dalam ingatan kita.
  8. Pahami bagaimana cara terbaik untuk belajar – setiap orang unik, termasuk dalam cara dan strategi pembelajarannya. Semakin kita memahami keunikan, kekuatan dan kelemahan kita, semakin kita dapat belajar secara efektif
  9. Gunakan ujian untuk meningkatkan pembelajaran – ujian menolong kita untuk dapat mengingat informasi yang diujikan dalam jangka waktu yang lebih lama
  10. Stop multitasking – riset telah memperlihatkan bahwa multitasking sebenarnya membuat pembelajaran menjadi kurang efektif.


STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

Kita menggunakan problem solving ketika kita ingin mencapai tujuan tertentu, tetapi kita tidak dapat segera memiliki jalan yang cocok untuk mencapai tujuan. Bab ini mempertimbangkan 4 aspek untuk problem solving :
(1). memahami problem, (2). pendekatan problem solving (3). faktor yang mempengaruhi problem solving (4). Kreativitas
Untuk memahami sebuah problem, anda perlu memperhatikan pada bagian-bagian yang relevan. Kemudian anda dapat menampilkan problem dengan menggunakan beberapa metode pilihan misalnya simbol, diagram dan gambaran visual. Dalam kehidupan sehari-hari, orang kadang-kadang dapat memahami problem kompleks meskipun mereka gagal untuk mengerti beberapa problem yang sama pada ujian terstandar.
Setelah anda memahami sebuah problem, anda harus menggambarkan bagaimana untuk menyelesaikan problem tersebut. Banyak pendekatan problem solving yang berdasarkan pada heuristic. Heuristic adalah jalan singkat yang menghasilkan sebuah penyelesaian yang tepat. Salah satu pendekatan heuristic adalah hill-climbing heuristic;; di setiap titik pilihan., anda memilih alternatif sederhana yang mengarah kepada tujuan secara langsung. Yang kedua pendekatan Means-Ends Heuristic yang dapat memecahkan sebuah problem ke dalam subproblem dan kemudian memecahkan secara individu. Yang ketiga pendekatan analogi, orang memecahkan masalah saat ini berdasarkan pengalaman yang sama pada masa lalu.
Bagian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi problem solving menekankan pemrosesan atas-bawah/top-down dan bawah-atas/bottom –up, keduanya penting untuk problem solving efektif. Para ahlii menggunakan keterampilan top-down dengan baik. Sebaliknya penggunaan top-down yang overactive dapat mengganggu problem solving efektif. Kita akan melihat diskusi ini pada mental set, functionall fixedness, dan insight versus noninsight problems. Kreativitas dapat didefinisikan menemukan satu solusi asli dan berguna. Kita akan mendiskusikan pendekatan klasik dan kontemporer untuk kreativitas, dan kita akan melihat bagaimana motivasi kerja dalam tugas dapat mempengaruhi kreativitas anda.
INTRODUCTION
Anda menggunakan problem solving ketika anda ingin mencapai tujuan, tetapi solusi tidak segera nyata. Jika solusi nyata, anda tidak memiliki sebuah problem. anda akan menggunakan bermacam-macam cara mencoba mencapai tujuan. (Dunbar, 1998, Simon, 1999).
Setiap problem berisi 3 ciri : (1) The initial state, (2) The goal state, (3) The obstacles. (1) The initial state (keadaan awal) : menggambarkan situasi dimulainya dari problem. Kasus ini misalnya,” saya berada dalam ruangan, 5 mil dari kota, tidak ada kendaraan dan transportasi umum”. (2)The goal state (mencapai tujuan) : tujuan tercapai bila anda menyelesaikan masalah. Disini “ saya sedang berbelanja di kota”
(3)The obstacles (tantangan) : menggambarkan pembatasan yang membuat sulit memulai/meneruskan dari keadaan awal ke tujuan. Tantangan adalah hipotesis problem yang seharusnya mengikuti “Saya tidak dapat meminjam mobil dari orang asing dan saya tidak dapat menyetir. Ketika orang menyelesaikan problem, mereka jarang mengambil pendekatan trial dan error, dengan cara seperti orang buta mencoba membedakan pilihan sampai mereka menemukan penyelesaian. Malahan mereka memperlihatkan solusi flexible luar biasa.(Hinrichs, 1992). Mereka merencanakan strategi pemecahan masalah, memecahkan problem kedalam bagian komponen dan membagi rencana untuk menyelesaikan masing-masing bagian. Tambahan untuk rencana, orang yang menyelesaikan masalah juga menggunakan strategi. Dalam fakta, orang sering menggunakan bermacam-macam strategi yang mungkin untuk menghasilkan penyelesaian yang relatif cepat. Textbook ini menekankan orang jangan pasif menyerap informasi dari lingkungan. Malahan, kita merencanakan pendekatan untuk masalah, pilihan strategi mungkin untuk menyiapkan solusi yang berguna. Satu aspek dari problem solving yang relatif sedikit diperhatikan adalah menemukan problem. Menemukan problem-seperti problem solving merupakan komponen penting . Contohnya para peneliti psikologi yang mencapai reputasi terkemuka sebab mereka menggali problem yang menarik. Penemuan problem juga penting dalam aplikasi psikologi. Contoh lembaga-lembaga yang mencoba melakukan intervensi sosial di sebuah komunitas, pertama harus mengidentifikasi problem yang paling penting yang perlu diselesaikan.( Suarez-Balcazar et al.,1992). Sebab memiliki informasi yang sedikit menemukan problem, bab ini akan menekankan problem solving.
Tahapan yang pertama dari problem solving adalah memahami problem, mari kita mempertimbangkan topik yang pertama ini. Satu kali anda memahami sebuah problem, tahapan berikutnya adalah menseleksi sebuah strategi untuk menyelesaikan. Kita mempertimbangkan beberapa pendekatan problem solving. Kemudian kita akan menguji beberapa factor yang efektif dalam problem solving, contohnya keahlian adalah “clearly helpful”, tetapi sebuah mental set adalah “counter productive”. Topik akhir adalah kreativitas sebuah area yang menghendaki ditemukanya penyelesaian untuk problem yang menantang.

MEMAHAMI MASALAH
Beberapa tahun yang lalu, sebuah perusahaan yang berlokasi di New York City, sebuah pencakar langit menghadapi sebuah problem besar. Orang-orang dalam bangunan tersebut terus menerus mengeluh mengenai elevator yang bergerak lambat. Beberapa konsultan didatangkan tetapi keluhan bertambah.Ketika orang-orang mengancam untuk ke luar, rencana disusun untuk menambah elevator baru yang luar biasa mahal, Sebelum dimulai rekonstruksi, seseorang memutuskan untuk menambah kaca-kaca di lobi berikutnya pada elevator. Keluhan berhenti. Rupanya orang yang menyelesaikan problem tidak memahami problem. Kenyataannya, problem sesungguhnya tidak pada kecepatan elevator, tetapi kejemuan menunggu mereka tiba.(Thomas,1989)
Ahli psikologi mengadakan penelitian kecil tentang bagaimana orang mencoba untuk memahami problem( Gilhoolly. 1996, Mayer & Hegarty,1990). Mari kita pertimbangkan beberapa topik hingga kita memiliki informasi:
(1) syarat memahami masalah
(2) memperhatikan informasi penting
(3) metode menampilkan/representasi masalah
(4)kognisi yang terkondisikan : pentingnya konteks
SYARAT-SYARAT MEMAHAMI MASALAH
Dalam penelitian problem solving, kalimat memahami berarti anda membangun representasi internal dari problem. Greeno (1977, 1991) tujuannya ada tiga yaitu : koherensi, korespondensi dan hubungannya dengan latar belakang pengetahuan sebelumnya.

1. Koherensi adalah pola yang berhubungan sehingga semua bagian masuk di akal. Contoh: batang pohon merupakan sedotan bagi daun dan cabang yang haus
2. Korespondensi adalah menilai masalah dibutuhkan korespondensi yang dekat antara gambaran internal dengan bahan/materi yang dipelajari. Contoh seorang ibu  memberikan resep membuat yogurt, di dalamnya terdapat kalimat yogurt disimpan di dalam selimut yang hangat, Padahal yang dimaksud ibu tersebut yogurt disimpan di dalam container/ wadah
3. Hubungan dengan latar belakang pengetahuan sebelumnya. Contoh Seseorang yang ikut kursus bahasa tingkat advance padahal ia sebelumnya tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang bahasa.

MEMPERHATIKAN INFORMASI PENTING
Untuk mengerti suatu masalah,anda harus memutuskan informasi mana yang paling relevan untuk dipecahkan dan kemudian melaksanakannya. Perhatikan, bahwa satu tugas kognitif-pemecahan masalah-tergantung pada aktifitas kognitif lainnya seperti atensi, memori, dan pengambilan keputusan. Ini adalah contoh lain dari keterkaitan ( interrelatidness) dari proses-proses kognitif kita. Cobalah demontrasi 10.1. sebelum anda membaca lebih jauh. Atensi penting dalam memahami masalah karena atensi itu terbatas, dan pemikiran-pemikiran yang banyak dapat membagi atensi (Bruning et.al., 1999) misalnya Bransford dan Stein (1984) memberikan ‘ masalah cerita’ aljabar pada sekelompok mahasiswa. Anda ingat masalah ini- satu masalah khas yaitu seseorang mungkin bertanya tentang perjalanan kereta api dalam satu arah dan sebuah mobil berjalan ke arah yang berlawanan. Pada studi ini siswa diminta untuk mencatat pikiran-pikiran mereka dan perasaan mereka saat mereka mngamati masalah. Banyak siswa memberikan reaksi negatif yang spontan terhadap masalah, seperti ‘oh tidak , ini adalah masalah kata-kata matematis- aku benci hal-hal seperti ini ‘. Pemikiran ini sering muncul selama 5 menit ‘alloted the task ‘. Jelasnya masalah tersebut memecah atensi siswa dari tugas sentral pemecahan masalah.



TEORI THORNDIKE

teori thorndike
  • Thorndike mengembangkan teori asosiasionisme yang sangat sistematis, dan salah satu teori belajar yang paling sistematis. Ia membawa ide-ide asosiasi para filsuf ke dalam level yang empiris dengan melakukn eksperimen terhadap ide-ide filosofis tersebut. Thorndike juga mengakui pentingnya konsep reinforcement dan reward serta menuliskan teorinya tentang ini dalam ‘law of effect’ tahun 1898 (bandingkan dengan Pavlov yang baru menuliskan idenya tentang reinforcement pada 1902).
Pandangan Thorndike:
  • Definisi Psikologi :…the study of stimulus-response connections or bonds… Thorndike sangat mementingkan connections. Connections dapat terbentuk secara sambung menyambung dalam urutan yang panjang. Sebuah connections yang tadinya response bisa menjadi stimulus. Di sinilah tampak peran asosiasi yang membentuk connections.
  • Teori utama Thorndike :
a. Fenomena belajar :
    • Trial and error learning
    • Transfer of learning
b. Hukum-hukum belajar :
·         Law of Readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu, misalnya kesiapan belajar membaca. Isi teori ini sangat berorientasi pada fisiologis
·         Law of Exercise : jumlah exercise (yang dapat berupa penggunaan atau praktek) dapat memperkuat ikatan S-R. Contoh : mengulang, menghafal, dan lain sebagainya. Belakangan teori ini dilengkapi dengan adanya unsur effect belajar sehingga hanya pengulangan semata tidak lagi berpengaruh.
·         Law of Effect : menguat atau melemahnya sebuah connection dapat dipengaruhi oleh konsekuensi dari connection tersebut. Konsekuensi positif akan menguatkan connection, sementara konsekuensi negatif akan melemahkannya. Belakangan teori ini disempurnakan dengan menambahkan bahwa konsekuensi negatif tidak selalu melemahkan connections. Pemikiran Thorndike tentang. Konsekuensi ini menjadi sumbangan penting bagi aliran behaviorisme karena ia memperkenalkan konsep reinforcement. Kelak konsep ini menjadi dasar teori para tokoh behaviorisme seperti Watson, Skinner, dan lain-lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar