Perbedaan fase
perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan
mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah,
berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk
orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana
kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan
terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti
halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin
tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan
persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian
untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita
mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ?
kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita
bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut
bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode
tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi,
kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu
diselesaikan ?
Dari banyak informasi
yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi
dalam beberapa fase, seperti ;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang
tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan
yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi
mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka
akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi
dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan
secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7
tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman,
biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan
namaku......” dan mereka bisa
begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10
tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase
pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling
percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak
pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah
pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul
masalah, seperti ;
- Salah seorang di antara mereka
ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka
ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka
tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya
persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik
baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia
dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi selama
persahabatan mereka.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak
hanya sekedar untuk b12ermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa
berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena
pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis
seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang
terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis
tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia
mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi
kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka
pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.
Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya
;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana
orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan
keluar yang terbaik”
Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak
populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena
hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta
ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak
populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa
pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
- Dengan siapa kamu mau pergi
tamasya ?
- Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang
atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer,
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan
pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui
mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih
cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang
masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan
anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
Bintang sosiometris, artinya
mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi
negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya
sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
Biasanya mereka tidak begitu
populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak
disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi
negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh
teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui
sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih
banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan
tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan
psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk
membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan
sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak
kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita
sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu
memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur
merubah sifat dan karekter si anak.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu
hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka
memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan
hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara
penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan
peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas
melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan
memiliki masalah, mereka tidak
akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan
anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena
biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari
pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam
mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang
menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah
menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh
negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih
sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa
rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena
namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer
daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.
Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang
menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir
sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak
begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat
terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih
agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun
yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang
positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi,
sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya
berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor
lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.
Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai
rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan
masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang
populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi
tidak selamanya anak populer pada
nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari
lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan
terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian
lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang
perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki
daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak
yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak
seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada
anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan
diakui juga.
Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia
menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah
satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari
anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses
belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
-
secara terbuka mereka
diasingkan
-
sering terlibat dalam hal-hal
kejadian interaksi yang negatif
-
mempunyai masalah perilaku
-
sering memperlihatkan
perilaku agresif
-
mempunyai status negatif yang
stabil
-
sering bermasalah di sekolah
Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka
sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan
diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan
“professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu
menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan
selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan
musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan
perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang
terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak
tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya,
dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga
membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan
marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain
bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing
tadi.
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti
di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan mendapat laporan dari
pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari
Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak Bermasalah,
kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak
stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi
di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk
beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.
Teori perkembangan kognitif
Teori Perkembangan Kognitif,
dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss
yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan
banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk
secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya
dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh
cara baru dalam merepresentasikan informasi
secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,
yang berarti, tidak seperti teori nativisme
(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan
sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh
Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami
dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin
canggih seiring pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan
selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun
jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori
Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak
memadai. Dalam tahapan ini,
anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan
untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan
objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau
bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan
muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung
egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana
hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana
perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
3. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka
dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya
ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan
lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan
cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek
atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas
lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan
boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan
boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang.
4. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti
cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam
bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
- Universal (tidak terkait budaya)
- Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
- Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
- Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
- Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema
berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami
dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang
terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan
Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan
pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,
informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau
mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin
memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila
pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung
adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat
seekor burung
unta. Anak akan perlu
memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan
jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam
skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa
masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat
burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh
mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan
pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak
sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi
pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung
unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah
dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya.
Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena
menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
Referensi
- Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
- Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth Publishers.
- Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing
- Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic Books.
- Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books.
- Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.
- Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
- Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–259.
- Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.
- Seifer, Calvin "Educational Psychology"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar