PENDAHULUAN
Tinjauan
Sejarah
Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1898 di Neuchatel, Swiss.
Ayahnya adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisasi abad pertengahan.
Ibunya adalah seorang yang dinamis, inteligens, dan taqwa. Sewaktu mudahnya, ia
tertarik pada alam dan senang mengamati burung-burung, ikan, dan binatang
lainnya di alam bebas, sehingga akhirnya tertarik pada pelajaran biologi di
sekolah. Sejak umur 10 tahun ia telah menerbitkan karangan pertamanya tentang
burung “Pipit Albino” pada majalah ilmu pengetahuan alam. Pada umur 15 tahun ia
menolak tawaran sebagai curator koleksi moluska di museum Ipa di Geneva, karena
ingin menyelesaikan sekolah menengahnya.
Pada tahun
1916, Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana bidang biologi di Universitas
Neuchatel. Pada usia 21 tahun ia telah menyelesaikan disertasi tentang moluska
dan memperoleh gelar doctor filsafat. Setelah menyelesaikan pendidikan formal,
Piaget memutuskan untuk mendalami psikologi di Zurich. Pada tahun 1919, ia meninggalkan Zurich dan pergi ke Paris.
Selama dua tahun, ia tinggal di Universitas Sorbonne, belajar psikologi
klinis,logika, serta epistemology. Pendalamnya tentang filsafat meyakinkannya
bahwa perlunya pemikiran spekulasi murni dilengkapi dengan pendekatan ilmu
pengetahuan yang faktual.
Pada tahun
1920, Piaget bekerja bersama Dr. Theophile Simon di laboratorium Binet di Paris
dengan tugas mengembangkan tes penalaran yang kemudian diujikan. Dari hasil uji
yang diperolehnya, ia menyimpulkan bahwa perbedaan jawaban yang ada disebabkan
oleh perbedaan intelegensi peserta. Berdasarkan pengalaman membuat tes
tersebut, Piaget mendapatkan tiga pemikiran penting yang mempengaruhi
berpikirnya dikemudian hari. Pertama, Piaget melihat bahwa anak yang
berbeda umurnya menggunakan cara berpikir yang bebeda. Inilah yang mempengaruhi
pandangan Piaget mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak. Kedua,
metode klinik digunakannya untuk mengorek pemikiran anak secara lebih mendalam.
Metode inilah yang dikembangkan Piaget dalam studinya tentang perkembangan
kognitif anak. Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak
mungkin relevan untuk mememahami pemikiran anak. Menurutnya, operasi-operasi
logika yang ada dalam pemikiran deduksi berkaitan dengan struktur mental
tertentu dalam diri anak. Ia mencoba untuk menemukan bagaimana pemikiran sangat
berkaitan dengan logika. Ciri pemikiran deduksi logis (abstrak dan
hipotesis) ini menjadi salah satu ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan
tahap-tahap perkembangan kognitif anak.
Pada tahun
1921, Piaget diangkat sebagai direktur penelitian di Institut Jean-Jacques
Rousseu di Geneva. Di situ ia memperole kesempatan untuk mempelajari pemikiran
anak. Hasil penelitiannya banyak dipublikasikan pada tahun 1923-1931.
Selama
penelitian, Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara proses pemikiran
anak dengan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan
(replika) dari orang dewasa. Anak buka hanya berpikir kurang efisien dari orang
dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya
mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari
anak sampai menjadi dewasa. Piaget juga mencoba menemukan sebab-musabab
perkembangan kognitif.
Pada tahun
1920-1930, Piaget meneruskan penelitiannya dalam bidang perkembangan kognitif
anak. Bersama dengan istrinya, ia meneliti ketiga anaknya sendiri yang lahir
pada tahun 1925, 1927, dan 1931. Hasil pengamatan terhadap anak-anaknya ini
dipublikasikan dalam The Original of Intelligence in Children dan the
Consruction of Reality tentang tahap sensorimotor. Studinya tentang masa
kanak-kanak meykinkan Piaget bahwa pengertian dibentuk dari tindakan anak dan
bukan dari bahasa anak.
Pada tahun
1940-an, Piaget tertarik untuk meneliti persepsi psikologi Gestalt. Ia
memperluas pengertian persepsi tidak hanya sebagai suatu proses tersendiri,
tetapi juga berhubungan dengan inteligensi. Sejak tahun 1943, Piaget dengan
teman-temannya menerbitkan banyak buku dan laporan tentang persepsi. Puncaknya
adalah buku The Mechanism of Perception pada tahun 1961. buku ini
menjelaskan tentang struktur, proses, serta relasi antara pesepsi dengan
inteligensi seseorang. Atas anjuran Einstein, pada tahun 1940 Piaget meneliti
tentang pengertian anak tentang waktu, kecepatan, dan gerak. Sebagai hasil
penelitian tersebut, ia mempublikasikan dua buku, The Child’s Conception of
Time dan The Child’s of Movement and Speed.
Sesudah perang
dunia kedua, penghargaan akan karya Piaget mulai tersebar ke seluruh dunia. Ia
menerima gelar kehormatan dari banyak Universitas, seperti Universitas Harvard
di Cambridge, Universitas Sorbonne di Paris, dan beberapa Universitas di Belgia
dan Brasilia.
Pada tahun
1950, Piaget banyak meneliti dan menulis tentang perkembangan inteligensi
manusia. Ia juga mangaplikasikan hasil penemuan psikologis tersebut dalam
persoalan epistemology. Ditahun yang sama, ia mempublikasikan seri epistemology
genetic. Buku ini merupakan sintesis pemikirannya akan beberapa aspek
pengetahuan, termasuk matematika, fisika, psikologi, sosiologi, biologi, dan
logika. Di antara tahun 1950-1960 , Piagat banyak mempublikasikan bukunya
terutama berisi tentang perkembngan kognitif. Hingga pada tahun 1969, Piaget
menerbitkan “The Psychology of the Child” yang diperuntukkan bagi
kalangan umum yang ingin mengetahui pemikirannya. Ini adalah semacam ringkasan
teori Piaget tentang perkembangan intelektual dan persepsi. Pada tahun yang
sama, ia juga menerbitkan “Mental Imaginary in the Child”. Buku ini
menjelaskan perkembangan gambaran mental dan hubungannya dengan perkembangan
inteligensi. Pada tahun 1967, ia mempublikasikan “Biology and Knowledge”,sebuah
buku yang berkaitan dengan hubungan antara faktor biologi dengan proses
kognitif.
Piaget pensiun
dari Institut Rousseau pada tahun 1971. meskipun demikian, ia tetap aktif
menulis dan menerbitkan banyak buku. Piaget meninggal pada tanggal 16 September
1980 di Geneva.
Tinjauan
Karya, Manfaat dan Hasil.
Piaget
mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa
dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak
belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak
merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan
fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok
sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan
fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam
mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan
orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap
sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas
mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut
”skema” atau pola tingkah laku.
Dalam
perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget
yaitu struktur, isi dan fungsi (Piaget , 1988: 61 ; Turner, 1984: 8).
- Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
- Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
- Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan
dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah
ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan
perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah
salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang
telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi
tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau
memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi
Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat
ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada
akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan
intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi
bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih
tinggi daripada sebelumnya.
PEMBAHASAN
Beberapa
Konsep dalam Teori Piaget.
Ada beberapa
konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan
kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu;
- Intelegensi. Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P. Suparno,2001:19).
- Organisasi. Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi.
- Skema. Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang.
- Asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
- Akomodasi.Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.
- Ekuilibrasi. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
Tahap
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget,
tahap perkembangan inteluektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan
tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki
setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai
berikut:
# Tahap
sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta
mempelajari permanensi obyek)
Tahap paling
awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur
2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap
sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadapt lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau
dan lain-lain.
Pada tahap
sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum
mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda
sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum
terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih
terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget,
mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan
akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan
perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak
karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi
yang baru.
Piaget membagi
tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
Periode
1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode paling
awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir
sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyak
bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan
seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara
refleks.
Periode
2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode
perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan
dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan.
Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan
menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia
mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada
periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan
mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia
juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan
penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk
menumbuhkan konsep benda.
Periode
3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode
ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di
sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi
pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi
antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan
kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan
mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder).
Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang
dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau
memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiaan”
akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
Periode
4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode
ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia
sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang
digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi
skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk
menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan
tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang
tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat
mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang
ruang.
Periode
5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok
pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada
suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai
mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang baru guna
memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema
yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan
mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi
yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia
menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini
pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak
mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara
menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.
Periode
Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini
adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah
mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis
dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada
periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke
intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat
menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan
dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi
ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi.
Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga
dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.
Karakteristik
anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a)
Berfikir melalui perbuatan (gerak)
b)
Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat
berjalan dan bicara.
c)
Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d)
Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
Tahap
Pra operasional : umur 2 -7 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep
intuitif)
Istilah
“operasi” di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan merupakan aktivitas
sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima
pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga
menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang
tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa.
Tahap pra
operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual
(2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar
dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini
representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak
kepada penalaran.
Karakteristik
anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a)
Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan
pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila
barang miliknya dipegang oleh orang lain.
b)
Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan
pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat
irreversible.
c)
Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan
belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
d)
Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum mampu
membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini
terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi
mereka.
e)
Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f)
Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka
percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya
mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.
Tahap
operasi kongkret : umur 7 – 11/12 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian konkret)
Tahap operasi
konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya
dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan
kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem
operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.
Ciri-ciri
operasi konkret yang lain, yaitu:
- Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh. Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkunganitu.
- Melihat dari berbagai macam segi. Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
- Seriasi Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya.
- Klasifikasi Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi.
- Bilangan. Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
- Ruang, waktu, dan kecepatan. Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
- Probabilitas. Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
- Penalaran. Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
- Egosentrisme dan Sosialisme. Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
Tahap
operasi formal: umur 11/12 ke atas.
(Ciri
pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)
Tahap operasi
formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat
berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari
apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.
Sifat pokok
tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif sintifik,
dan abstrak reflektif.
#
Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran
deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu
yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai dalam
pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah
alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari
premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan
dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan
yang real.
Dalam pemikiran
remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang logis, meskipun para
remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara
berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan
hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah
para remaja sendiri tahu atau tidak.
#
Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran
induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan
kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah.
Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan
eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan.
Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada
waktu yang sama.
#
Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget,
pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif
karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.
Teori
Pengetahuan
Berdasarkan
pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget berkesimpulan bahwa setiap makhluk
hidup memang perlu beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melestarikan
kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup, maka manusia juga harus beradaptasi
dengan lingkungannya. Berdasarkan hal ini, Piaget beranggapan bahwa perkembangan
pemikiran manusia mirip dengan perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi
dengan lingkungannya. Piaget sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya
adalah teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti organisme yang
beradaptasi dengan lingkungannya.
Teori
Adaptasi Piaget
Menurut Piaget,
mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual dimana pengalaman dan ide
baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur
pengertian yang baru. Setiap orang mempunyai struktur pengetahuan awal (skema)
yang berperan sebagai suatu filter atau fasilitator terhadap berbagai ide dan
pengalaman yang baru. Melalui kontak dengan pengalaman baru,skema dapat
dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Skema
seseorang selalu dikembangkan, diperbaharui , bahkan diubah untuk dapat
memahami tanyangan pemikiran dari luar. Proses ini disebut adap[tasi pikiran.
Teori
Pengetahuan Piaget
Teori
pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif. Dalam pembentukan pengetahuan
, Piaget membedakan tiga macam pengetahuan, yakni
- Pengetahuan fisis adalah pengetahuanakan sifat-sifat fisis suatu objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi dengan yang lain.
- Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu.
- Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama.
Teori
Konstruktivisme
Teori
konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan
(bentukan) orang itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi
apabila seseorang mengubah atau mengembangkan slkema yang tslah dimiliki dalam
berhadapan dengan tantangan, dengan rangsangan atau persoalan.
Teori Piaget
seringkali disebut konstruktivisme personal karena lebih menekankan pada
keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Terlebih
lagi karena Piaget banyak mengadakan penelitian pada proses seorang anak dalam
belajar dan membangun pengetahuannya.
IMPLIKASI
TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.
Teori kognitif
dan teori pengetahuan piaget sangat banyak mempengaruhi bidang pendidikan,
terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap pemikiran Piaget sudah cukup lama
mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun kurikulum, memilih metode
pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama di sekolah-sekolah.
Maka dari karya
besar Piaget tersebut dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran
disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu sendiri. Implementasi pada
pembelajaran matematika yang akan diterakan berikut hanya merupakan bentuk
sebagian saja sebagai contoh yang cocok untuk pengetahuan dan pengembangan
terhadap materi pembelajaran itu sendiri. Tentu yang terpenting adalah
kesesuaian dengan pemilihan model, pendekatan serta metode dalam pembelajaran
terhadap materi ajar.
Berikut contoh
pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap perkembangan kognitif anak
usia sekolah;
Pokok
Bahasan : Bangun
Ruang.
Sub Pokoh
Bahasan : 1. Kubus.
- Balok.
- Tabung.
- Prisma.
- Limas.
- Kerucut.
- Bola.
Pembelajaran
di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
-
Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk
-
Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual
-
Materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika
ada.
-
Demikian untuk balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi siswa mengetahui
nama dan bentuknya saja.
Penjelasan;
Anak usia Taman
Kanak-Kanak masuk kategori pra operasional pada perkembangan teori Piaget. Jadi
anak-anak hanya mampu melihat gambar dan tidak berbentuk penalaran atas
pengalamannya sendiri.
Pembelajaran
ditingkat Sekolah Dasar (SD).
-
Anak sudah mulai di perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia
ketahui tersebut.
-
Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok dan
yang lainnya termasuk bangun ruang.
-
Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga ada
pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti kubus,
tentu memiliki panjang, lebar dan juga tinggi.
-
Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan
-
Melanjutkan pembelajaran dikelas-kelas berikutnya sampai pada operasi-operasi
sederhana yang terdapat pada bangun itu.
Penjelasan;
Sesuai
kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini baru diperkenalkan dikelas II SD,
itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya tentu masih mengacu pada pra
operasional. Dan pada pembelajaran selanjutnya di SD ini sudah memasuki tahap
Operasi Kongkret sesuai teori perkembangan kognitif Piaget.
Pembelajaran
ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU).
-
Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun-bangun ruang
yang ada.
-
Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara menghitung luas
sisi, volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan dari bangun
tersebut.
-
Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebanagi aplikasi materi
yang diajarkan.
-
Khusus dijenjang SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur yang terdapat
pada bangun ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran itu.
-
Pembelajaran di SMU sudah sampai pada tingkat penalaran oleh pengalaman
sendiri.
Penjelasan;
Materi bangun
ruang di SMP diajarkan dikelas VII semester 2, itu artinya erat dengan
keterstrukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung dalam pembelajaran
materi ini. Anak diusia ini sudah masuk pada tingkat operasi formal, sesuai
tingkat perkembangan kognitif Piaget.
Pembelajaran
di Perguruan Tinggi.
-
Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu mata kuliah
geometri
-
Pendalamannya lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.
Penjelasan;
Materi ini
siswa/mahasiswa sudah mengandalkan tahap deduktif, induktif, hipotesis dan
logis. Tetapi tahap perkembangannya tetap berada pada operasi formal sesuai
tingkat kognitif Piaget.
KESIMPULAN
Perkembangan
kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia
anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses berpikir secara konkret
sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep anstrak dan logis.
Jean Piaget
seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan
kognitif manusia, mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia
terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk
semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak
sama untuk setiap orang. Keempat tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori
Piaget sebagai
- Tahap sensorimotor: umur 0 – 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
- Tahap pra-operasional: umur 2 – 7 tahun (Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep intuitif)
- Tahap operasional konkret: umur 7 – 11/12 tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret)
- Tahap operasional formal: umur 11/12 ke atas. (Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis dan probabilitas )
Bagi guru
matematika, teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan menggunakan teori
ini, guru dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada
kemampuan berpikir anak di kelasnya. Dengan demikian guru bisa memberikan
perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian
materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan
tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.
Guru perlu mencermati apakah symbol-simbol matematika yang digunakan guru dalam
mengajar cukup mudah dipahami siswa, dengan mengingat tingkat kemampuan
berpikir yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahar Ratna
Willis. Prof. Dr.
1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
P2LPTK.
_______________________.
2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: JICA UPI.
Sardiman, AM.
2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rapgrapindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar
dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT, Rineka Cipta.
Paul Suparno.
Prof. 2003. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar